Berkunjung ke Ikon Kota Jogja: Pasar Malioboro
Yogyakarta selalu istimewa. Tak hanya karena bentuk pemerintahannya dimana terdapat Sultan yang merangkap sebagai gubernur, Jogja mampu membuat siapapun yang berkunjung ingin selalu kembali lagi. Berjalan-jalan ke Malioboro merupakan agenda yang tidak boleh dilewatkan ketika berkunjung ke Jogja. Tak hanya bagus untuk keperluan eksis di media sosial, Malioboro masih menyimpan banyak hal menarik untuk diikuti. Apa saja?
Kawasan Malioboro
Malioboro merupakan jantung Kota Yogyakarta. Sejak tahun 1756, jalan Malioboro berperan penting dalam tata ruang keraton sebagai jalan kerajaan. Sebagai sebuah jalan, Malioboro memiliki berbagai fungsi. Malioboro menjadi ruang terbuka publik yang berfungsi sebagai tempat belanja, tempat berkreasi, dan tempat pedestrian yang nyaman. Di tepi jalan terdapat bangku-bangku sebagai street furniture sebagai ruang sosial. Kawasan ini masih mempertahankan langgam arsitektur terdahulu agar keaslian budayanya tetap terjaga. Terdapat pula ikon yang sering digunakan wisatawan untuk berswafoto yakni signage Malioboro.
Arsitektur Bangunan Sekitar
Malioboro disebut sebagai jantung kota karena letaknya yang berada di pusat kota dengan segala akses transportasi yang mudah karenai berdekatan dengan stasiun transportasi umum. Travelers dapat dengan mudah memilih transportasi yang ingin digunakan. Di bagian jalan Malioboro, terlihat pohon umur panjang sebagai simbolisme penyegar visual sekaligus berfungsi memberikan keteduhan pada pengguna jalan. Fasad pada bangunan toko di sekitar Malioboro masih dipertahankan sesuai dengan kondisi aslinya sehingga suasana bersejarah di dalamnya masih bisa dirasakan pengunjung mulai dari bentuk arsitektur tradisional, kolonial Inggris dan Belanda, Cina, hingga kontemporer.
Arsitektur tradisional Jawa yang terdapat di kawasan ini tak hanya sebatas sebagai elemen fisik arsitektur. Terdapat juga filosofi ruang dimana memiliki makna tertentu, misalnya jalan Malioboro dan Tugu Pal Putih menunjukkan bahwa warga Jogja sebagai warisan budaya yang luhur meskipun Jogja sudah menjadi lebih modern. Arsitektur Kolonial Inggris di Malioboro muncul satu-satunya yaitu pada Gedung DPRD pada bangunan seperti Benteng Vredeburg. Arsitektur Cina dapat dilihat dari bagian fasad pertokoan geometris yang masih bertahan sesuai fasad asli bangunan. Arsitektur modern di Malioboro juga hadir dalam wujud bangunan-bangunan modern seperti mall.
Interior dan Varian Produk Malioboro
Rata-rata bentuk interior pasar adalah modern dengan windows shopping yang mana terdapat pedagang yang berjualan produk-produk untuk cinderamata. Ukuran ruang-ruang interior berbeda-beda. Ada yang menjadi ciri khas dari Malioboro, yakni arkade sebagai penghubung-toko. Lebar Arkade rata-rata 4 meter dengan banyak terdapat elemen segitiga dan kotak pada yang juga berfungsi sebagai tempat interaksi pedagang dan pengunjung. Di sekeliling pasar banyak pedagang kaki lima dengan macam-macam varian produk yang dijual, seperti produk kerajinan buah tangan. Travelers juga akan disuguhkan penampilan musik dari musisi jalanan yang tersebar di beberapa titik Jalan.
Sejarah Malioboro
Sejarah Malioboro berasal dari bahasa Sansekerta yang artinya adalah karangan bunga. Di mana area tersebut terkenal dengan adat istiadat Yogyakarta yang cukup kental dan terdapat budaya daerah setempat di mana masyarakat berjalan menuju Kraton Yogyakarta dengan melewati Jalan Malioboro dengan membawa bunga setiap harinya sepanjang 2 km. Tahun 1755, Malioboro ditetapkan sebagai jalan utama kerajaan. Di awal Malioboro dibuka, banyak pohon rindang yang tumbuh, terutama sisi timur. Tahun 1816 terdapat seorang tentara Inggris bernama Marlborough yang tinggal di area keraton yang mana ia memiliki perilaku yang baik, maka untuk menghormatinya nama jalan tersebut dinamai sebagai Jalan Malioboro. Diisi oleh berbagai etnis, area ini berkembang menjadi area perdagangan dan pariwisata.
Karakter Pedagang dan Pengunjung Pasar Malioboro
Para pedagang di Pasar Malioboro menawarkan barang dagangan mereka dengan harga yang cukup fleksibel. Travelers dapat menawar barang-barang yang diinginkan dengan harga yang sesuai dengan budget yang dimiliki. Keunikan tawar menawar inilah yang memberikan rasa penasaran para wisatawan untuk mendapatkan harga yang paling ekonomis. Pengunjung biasanya menggunakan moda transportasi menggunakan becak atau andong.
Event dan Promosi
Salah satu event yang diadakan untuk menarik wisatawan adalah Jogja Jawa Karnival, dimana acara ini diperingati untuk merayakan hari ulang tahun kota Yogyakarta. Tak hanya itu, Travelers dapat menghadiri Festival Sekatenan, Grebeg Syawal serta Festival Kebudayaan Yogyakarta.
Kamu bisa menemukan berbagai kisah unik hingga spot foto cantik.
Tak perlu pusing untuk liburan kemana! Traveler sudah siap untuk mengunjungi Malioboro di Jogja?
* Pengambilan data dan dokumentasi riset ini dilakukan pada tahun 2021.
* Foto oleh Sancaka Candraditya