Desa Pulutan, Sentra Pengrajin Gerabah di Minahasa
Halo travelers! Apakah sudah pernah mendengar tentang Desa Pulutan? Desa Pulutan ini merupakan sentra pengrajin gerabah yang ada di Minahasa. Pulutan sendiri memiliki 2 arti, yang pertama Pulut yang berarti Pulen, yaitu lengket atau elastis saat diremas seperti tanah liat, sedangkan versi lainnya menyebutkan bahwa asal kata Pulutan berasal dari Pohon Pulutan. Sebagai sentra pengrajin gerabah, rumah-rumah pengrajin yang ada di Desa Pulutan ini sebagian area rumahnya menjadi tempat produksi gerabah sekaligus sebagai display produk gerabah sehingga membentuk koridor komersial di dalam desa.
Kawasan Desa Pulutan
Desa Pulutan berlokasi di Kabupaten Minahasa, Provinsi Sulawesi Utara. Desa Pulutan merupakan salah satu dari tiga daerah pengrajin gerabah di Indonesia Timur. Desa ini memiliki jarak tempuh sekitar 90 menit menggunakan kendaraan darat dari Kota Manado. Desa Pulutan memiliki luas kurang lebih 250 Ha.
Desa ini tergolong sangat strategis, karena dibelah oleh jalan utama antara dua tempat wisata terkenal di Minahasa yaitu Benteng Moraya dan Bukit Kasih. Awal mulanya desa ini merupakan sebuah kawasan pertanian. Namun ketika masyarakat melihat bahwa kualitas tanah di Desa Pulutan dapat dijadikan sebagai bahan baku gerabah, desa ini mulai berkembang menjadi desa penghasil barang-barang gerabah dan terakota.
Varian Produk
Desa Pulutan merupakan penghasil kriya Sulawesi Utara. Dinas Pariwisata Provinsi Sulawesi Utara memberikan dukungan aktif terhadap pelaku ekonomi kreatif. Yaitu berupa penyediaan infrastruktur, penguatan kebijakan dan regulasi, serta bimbingan teknis dan pendampingan pelaku.
Desa ini memiliki tempat kerja (workshop) di bagian bawah rumah panggungnya. Produk yang dikembangkan di desa ini antara lain vas bunga, dan gerabah dalam berbagai bentuk dan ukuran. Bahan yang digunakan untuk menghasilkan gerabah adalah tanah liat yang ditambah dengan kaolin, talk, dan pelfar. Selain itu, Desa Pulutan juga mengembangkan berbagai produk yang lain seperti pot kecil, tungku (porno dalam bahasa Minahasa), belanga, hingga kowi untuk meleburkan emas. Kowi atau wadah untuk meleburkan emas biasanya dikirim ke Kalimantan dan Ambon.
Seorang pengrajin dan distributor kowi berbagi cerita dalam menjalankan usaha gerabah sudah menjalin kerjasama dengan ekspedisi. Pada umumnya, produk kowi dibeli oleh distributor dan dikirim dengan truk. Agar produk terlindungi pengrajin membungkus kowi dengan menggunakan kardus yang dilindungi oleh jerami-jerami dan pengrajin kowi ikut mengantar produk ke Kalimantan atau daerah pengiriman.
Produk yang paling banyak terjual di Desa Pulutan adalah keramik. Hal ini dikarenakan permintaan wisatawan mancanegara dan suplai ke industri perhotelan. Gerabah juga merupakan produk yang laku terjual. Karena masyarakat banyak menjual gerabah ke distributor dan pihak luar, misalnya Kalimantan. Produk musiman untuk hari raya, florist, serta pot terakota yang permintaannya meningkat drastis ketika semakin banyak orang yang menggemari berkebun saat pandemi covid-19.
Karakter Pedagang dan Pengunjung
Di Desa Pulutan, pengunjung atau wisatawan dapat melihat dan juga turut mengerjakan proses pembuatan gerabah. Baik dari pencampuran semua bahan yang diperlukan, pembentukan gerabah, dan juga proses pembakarannya. Tentu aktivitas ini akan menjadi pengalaman menarik yang bisa travelers alami ketika berkunjung di tempat ini.
Selain itu, fakta yang tak kalah menarik untuk disimak adalah ulang tahun Desa Pulutan. Ulang tahun Desa Pulutan telah diadakan beberapa kali di balai desa. Dalam mendukung dijalankannya pesta ini, dana umumnya berasal dari masyarakat sendiri karena rasa kekeluargaan yang sangat tinggi antar pedagangnya.
Kamu bisa menemukan berbagai kisah unik hingga spot foto cantik.
Nah, apakah kamu tertarik untuk berwisata ke Desa Pulutan?
Jika travelers memiliki kesempatan untuk mengunjungi Desa Pulutan di Minahasa tentu akan menjadi pengalaman yang menarik mencoba membuat gerabah sekaligus membeli produknya langsung dari rumah pengrajinnya.
* Pengambilan data dan dokumentasi riset ini dilakukan pada tahun 2022.
* Foto oleh Hongky Zein & Christian Anggrianto