Kya-Kya
Kya-kya terletak pada jalan raya dengan dikelilingi oleh bangunan-bangunan di sekitarnya yang berkarakteristik pemukiman Tionghoa. Berada di Surabaya Pusat, jalan raya yang digunakan cukup luas untuk digunakan sebagai area wisata pada sore hingga malam hari. Barisan tenant berada di sisi kanan dan kiri jalan, tenant-tenant tersebut berupa gerobak yang bisa dipindahkan dengan mudah dan memiliki berbagai jenis desain (warna dan bentuk). Area pelanggan berupa tempat duduk beserta mejanya tersebar di jalan tersebut, lengkap dengan tempat sampah dalam jumlah yang banyak. Area hiburan utama yang berupa panggung musik berada di tengah-tengah Kya-Kya.
Sejarah Kya-Kya
Kembang Jepun adalah kawasan Pecinan dan pusat perdagangan pertama di Surabaya. Dulunya kawasan pecinan tersebut bernama Handelstraat, yang berarti jalan perdagangan. Nama Kembang Jepun lebih dikenal sejak pendudukan Jepang saat Perang Pasifik.
Wisata Kya-Kya
Kawasan ini menjadi pusat perdagangan dengan mayoritas pedagang etnis Tionghoa, menjual pangan, bahan bangunan, pakaian, dan lainnya. Namun, aktivitas perdagangan di Kembang Jepun menurun seiring pergeseran pusat bisnis ke area segitiga emas di Jalan Basuki Rahmat, Jalan Pemuda, dan Jalan Panglima Sudirman.
Arsitektur
Bangunan komersial yang menghiasi area Kya-Kya digunakan untuk berdagang. Fasad dari ruko-ruko di kawasan Kya-Kya hampir sama dengan bangunan komersil yang sekarang banyak digunakan. Namun untuk ketinggian per lantainya cukup rendah, penggunaan pintu rolling door, hingga warna-warna ruko yang berbeda untuk membedakan bangunan satu dengan yang lainnya.
Kolom bangunan yang berada di depan rolling door setiap ruko menciptakan lorong yang digunakan pengunjung untuk melintas dari satu ruko ke ruko lainnya. Beberapa bangunan masih mempertahankan arsitektur Cina Peranakan yang memiliki banyak bukaan berupa deretan kayu dan jendela, dan tidak mempunyai balkon pada lt 2. Atap menggunakan ubin tanah liat khas Cina.
Event
Kawasan Kya-kya sering menjadi tempat berbagai acara menarik yang menghibur pengunjung, mulai dari panggung musik hingga tantangan makan dari salah satu stall makanan yang ada. Festival kuliner seperti Festival Rujak Uleg yang diadakan setiap HUT Surabaya dan Festival Cap Go Meh turut meramaikan kawasan ini, menghadirkan suasana budaya yang kental. Selain itu, acara keagamaan seperti Dzikir & Maulid Akbar, serta kegiatan ngabuburit bersama di bulan Ramadhan, semakin menambah keragaman acara di Kya-kya. Perayaan nasional seperti Sumpah Pemuda dan Festival Kemerdekaan Indonesia juga sering dirayakan, sementara acara yang lebih khusus seperti Pasar Kopi Fest dan Festival Kuliner Madura menghadirkan pengalaman kuliner yang tak terlupakan bagi para pengunjung.
Pusat Perbelanjaan
Kawasan Kya-kya didominasi oleh warna merah, yang dalam budaya Tionghoa melambangkan keberuntungan, kebahagiaan, dan kelimpahan, sehingga relevan untuk area perdagangan agar bisnis di sana sukses dan sejahtera. Selain itu, ornamen naga yang menghiasi gerbang Pecinan merupakan simbol kekuasaan, kebaikan, dan keberuntungan. Naga yang saling berhadapan melambangkan kekuasaan, kesuburan, dan hal-hal positif. Tak ketinggalan, lampion merah yang tergantung di sekitar kawasan ini juga mencerminkan kemakmuran, kesatuan, dan rezeki. Lampion dipercaya memberi penerangan bagi rezeki serta mengusir kekuatan jahat, seperti raksasa Nian dalam mitologi Tionghoa.
Kamu bisa menemukan berbagai kisah unik hingga spot foto cantik.
Nah, apakah kamu tertarik untuk berwisata dan belanja di Koridor Ampel?
Sekilas cerita tentang Pasar Ampel ini tentu tidak akan bisa menggantikan pengalaman langsung ketika Travelers bisa mengunjungi daerah Ampel ini dan menikmati keindahan arsitektur dan keberagaman budaya yang ada disana.
.
* Pengambilan data dan dokumentasi riset ini dilakukan pada tahun 2017.
* Foto oleh Mamuk Ismantoro, Bobi Noviarto